Sekitar
pertengahan tahun 2012, aku sedang duduk di halte Rawasari menunggu bis 43
jurusan Priuk-Cililitan. Ketika itu aku sedang membaca novel dan ada seorang
pengamen membawa gitar. Seperti umumnya pengamen , dia berantakan, rambut
kriting gondrong seperti tidak pernah dicuci setahun dan sepatu yang sudah
minta diganti.
“Permisi Mbak” katanya langsung duduk disebelahku
“Oh iya Mas” jawabku tanpa menoleh
“Mau pulang Mbak? Lagi nunggu 43?” katanya basa-basi
“Iya nih Mas” jawabku singkat
“Kuliah dimana Mbak?”
“Di UNJ Mas” aku masih sibuk membaca novel
“Jurusan apa Mbak?” pertanyaannya kali ini membuatku
menoleh kearahnya. Ternyata pengamen itu yang biasa aku lihat di metro mini.
“Bahasa Jepang Mas” jawabku tersenyum
“Wah hebat yah Mbak. Saya juga punya temen tuh di UNJ
anak seni rupa kebanyakan Mbak. Tapi udah lama gak ketemu sama mereka. Sekarang
UNJ udah bagus yah Mbak” katanya panjang lebar
“Keren dong temennya anak seni rupa. Sama kaya mas
semua tuh modelnya berantakan hehehe becanda Mas” kataku sok asik
“Hehehe bisa aja nih si Mbak”
“Mas udah berapa lama ngamen?”
“Baru kok mbak. Saya ngamen kalo lagi iseng aja Mbak”
“Iseng gimana maksudnya? Emang kerjaan selain ngamen
apa Mas?”
“Saya biasa ngelukis Mbak”
“Ngelukis? Pelukis maksudnya?” tanyaku terheran-heran
“Iya Mbak masa saya bohong. Mbak tau IKJ (Institut
Kesenian Jakarta) kan? Saya lulusan sana Mbak”
Aku semakin kaget bahwa dia lulusan IKJ. Gak nyangka
pengamen dekil begini ternyata sarjana, kataku dalam hati. “Yang bener Mas?
Berarti Mas seniman dong?”
Orang-orang disekitar kami memperhatikan kami yang
sedang asik mengobrol. Mungkin mereka pikir, aku orang yang bodoh, mau saja
diajak ngobrol sama pengamen jalanan begitu.
“Ya gitu deh Mbak. Mbak suka seni gak?”
“Suka banget Mas.
Dari kecil kalo ngeliat lukisan atau karya seni lainnya saya sering mikir,
hebat yah yang buat ini dan saya gak memuji aja Mas, saya suka mengartikan
maksud dari lukisan itu apa? dan pesan apa yang disampaikan dari si pelukis
itu. Menurut saya
semua seniman itu keren mas walaupun tampilan luarnya berantakan hehehe”
“Asik juga yah ngobrol sama Mbak ini. Saya kira Mbak
judes abis tampangnya galak sih” katanya cengar-cengir “Kapan-kapan main dong Mbak ke IKJ. Nanti saya kenalin deh sama temen-temen saya yang pelukis”
“Wah boleh tuh. Insya Allah yah. Seni itu udah jadi
kebutuhan manusia Mas. Bahkan ketika kita memilih baju yang pas untuk dipakai,
itu salah satu dari seni Mas. Bener gak?”
“Bener Mbak saya setuju. Tapi banyak orang yang
berpendapat seni itu sulit, ribet, berantakan seperti saya ini Mbak”
“Itu sih tergantung orangnya Mas. Tapi saya malah suka
liat seniman yang acak-acakan gak keurus. Itu baru ‘nyeni’ namanya. Kalo
seniman rapi, bersih, wangi malah kesannya karyawan kantoran Mas hehehe”
“Iya juga yah Mbak. Oke deh sukses yah Mbak kuliahnya”
“Amin… sukses juga yah Mas sama profesinya dan jangan
lama-lama ngamen mas banyak debu nanti jerawatan loh! hahaha”
“Hahaha iya Mbak salam kenal yah” katanya tersenyum
“43 nya udah dateng tuh. Sampe ketemu lagi yah Mas”
kataku sambil bersiap pergi
Dari perbincangan singkat dengan seorang pengamen hari
ini, aku mendapat banyak pelajaran darinya. Jangan menilai seseorang dari
tampilan luarnya saja. Dengan berpakaian yang dekil, berantakan dan bertattoo
belum tentu dia orang jahat. Dan orang yang terlihat rapi belum tentu dia orang
baik. Bisa saja itu sebuah kamuflase untuk menutupi dirinya yang sebenarnya.
Dan jangan sekali-kali memandang seseorang
dari pekerjaannya. Sekalipun dia seorang pengemis tetapi kita harus
menghormatinya dan kalau perlu sisi positif darinya bisa kita tiru untuk hidup kita.
Semenjak perbincangan singkat itu, aku mulai merubah
paradigma yang selama ini atau bahkan kebanyakan orang berpandangan yang sama.
Bukankah semua manusia itu sama di hadapan Allah? Dan bukankah Allah menciptakan manusia menjadi kaya dan miskin, supaya mereka bisa saling berbagi satu sama lain? Yang membedakan yaitu manusia
yang beriman dan manusia yang tidak beriman. Mou ichido (sekali lagi), Don’t judge book
from the cover. Machigaette shimaimashita. gomenasai
ne...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar