Ma, sungguh besar pengorbanan untuk anak-anakmu
Engkau pun ingin yang terbaik untuk anak-anakmu
Celotehanmu telah menjadi bumbu dalam hidup kami
Kami pun sudah mengerti maksud celotehanmu itu dan
kami sudah cukup dewasa untuk menerimanya
Ma, hari-hatimu kau habiskan untuk mengurus rumah
serta kami
Bahkan kepentingan dirimu pun tak kau pikirkan
Engkau selalu tersenyum ketika kami tiba di rumah
Menyambut di muka pintu sambil bertanya “Mengapa baru
pulang? apakah hari ini jalanan macet? Apakah kamu sudah makan? “ tidak jarang
kami tak menghiraukanmu dan lantas masuk ke kamar
Ma, maafkan jika sampai saat ini kami belum bisa
menjadi yang kau harapkan
Ketika kami tak sengaja membentakmu, kami pun sadar apa
yang kami lakukan itu salah
Ma, aku takut. Sangat takut kehilangan diri dan cinta
kasihmu
Aku takut engkau pergi selamanya sebelum menyaksikan
kesuksesan kami
Aku takut kau terlihat tua, beruban, keriput bahkan
hanya berbaring lemah di atas tempat tidur
Ma, jikalau suatu hari aku pergi terlebih dahulu
meninggalkanmu
Maafkanlah semua dosa-dosa yang pernah aku lakukan
terhadapmu
Dan jika suatu hari kau menemukan tulisan ini, bacalah
dan respilah
Simpanlah ditempat yang kau anggap aman
Bacalah jika suatu waktu kau rindu denganku
Aku yakin, engkau pasti kuat kehilangan diriku untuk
selamanya
Tetapi tidak denganku
Aku pasti gila
Aku pasti merindukan celotehan, perhatian, pelukan dan
belaian lembut darimu
Sewaktu aku tiba di rumah, engkau marah dan
mengeluarkan semua isi lemariku dan melemparnya ke segala arah
Sungguh aku tak marah ataupun sakit hati
Sungguh tak ada perasaan itu di dalam hatiku
Aku hanya bisa menangis dan terdiam sambil memikirkan
sesuatu yang aku pun tak tahu apa yang sedang kupikirkan saat itu
Senin, 25 November 2013
Ketika menulis sajak ini, air mataku tak hentinya
mengalir dan membasahi pipiku.
Selamat Hari Ibu. Haha no Hi Omedetou Gozaimasu.
Okaasan, doumo arigatou gozaimasu. Aishiteiru :*